B. Hal- Hal yang Boleh Dilakukan Wanita Haid
Wanita haid tidak dilarang melakukan ibadadah –ibadah seluruhnya, ada beberapa amalan yang masih memungkinkan dilakukan wanita haid sebagai menambah catatan amal sholih baginya, yaitu :
1. Berdzikir dan membaca Al- Quran
Menurut pendapat yang rajah, berdzikir, dan membaca Al- Quran diperbolehkan bagi orang yang haid atau junub, sebagaimana madzhab Abu Hanifah, as- Syafi`I dan Ahmad (Majmu` Fatawa Ibnu Tamiyah). Ibnu Hazm berkata : “Membaca Al- Quran dan suud (tilawah megusapma, berdziki, adalah amal kebaikan, diajurkan dan pelakunya mendatkan pahala, barangsiapa yang menyatakan terlarang pada sebagian keadaan (misalnya sedang haid atau junub), maka dia harus mendatangkan dalil pelarangannya (Al- Muhalla).
2. Sujud ketika mendengar ayat sajdah
Tidak ada larangan wanita haid untuk sujud ketika mendengar ayat sajdah – bukan sujud dalam sholat- juga tidak di isyaratkanharus dalam keadaan suci. Dalam Sahih Al- Bukhari disebutkan Nabi Muhammad SAW membaca surat An- Najm, maka beliau sujud (pada akhir surat An- Najm adat ayat sajddah) begitu juga kaum muslimin, kaum musyirikin, jin dan manusia juga sujud bersama beliau. Dan kemungkinanan kecil mereka (yang ikut sujud) dalam keadaan suci dari hadats
3. Memegang mushaf Al- Quran
Mengusap atau memegang mushaf Al- Quran diperbolehkan bagi wanita haid karena tidak diketahui dalil yang tegas melarang wanita haid mengusap atau memegang mushaf.
4. Memangku orang membaca Al- Quran
Aisyah –semoga Allah meridhainya- : “ Nabi membaca Al- Quran dan kepalanya berada di pangkuanku sedangkan aku sedang haid.” (HR. Al- Bukhari dan Muslim dan selainnya)
5. Menyaksikan sholat ied
Diperbolehkan bahkan dianjurkan bagi wanita haid untuk menghadiri sholat ied akan tetapi hedaknya ia menjauh dari tempat sholat. Sebagaimana perintah Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dam kitab sahihnya.
6. Masuk masjid
Terdapat perbedaan pendapat yang luas ddalam masalah ini, namun tidak ada dalil sahih dan tegas melarang wanita haid masuk masjid. Disamping itu, ada kaidah yang menyatakan bahwa, “Asal segala sesuatu adalah boleh hingga ada dalil yang tegas yang melarangnya.” Akan tetapi hedaknya wanita yang haid menjaga diri agar darah haidnya tidak mengotori masjid.
7. Bekas minum wanita haid tidak najis
Aisyah berkata : “
“Saya minum sedangkan saya dalam keadaan haid, kemudian Nabi Muhammad SAW mengambilnya dan meletakkan mulutnya pada (bekas) tempatku mulutku, kemudian beliau meminumnya.” (HR. Muslim).
8. Tidur satu selimut dengan suami
Ummu salamah –semoga Allah meridhainya- berkata : “Ketika saya dan Nabi Muhammad SAW berbaring satu kain, tiba-tiba saya haid, maka saya keluar (dari selimut) secara diam-diam, lalu saya pakain haidku (yang biasa diapakai saat haid). Maka Nabi Muhammad SAW berkata : “APakah engkau haid ? “ Aku berkata : “ya. “ Maka Nabi Muhammad SAW memanggilku lalu berbaring berbaring bersama beliau dalam satu kain.” (HR. Al- Bukhari, Muslim dan lainnya).
Oleh Ust. Arifin Saefullah